ombak menantang luka
wajah malaikat terkelupas darah
hadir membujuk hatiku
ke dalam kehancuran
yang menyejukkan.
dan kecupan hujan menghilang
dalam chord nada yang rindang
gugur dan pergi
menghadap sayap birumu
bercahaya lilin di lengan malam
juga jeritan.
tusukan mengembun pelan
jauh di sana kau terbang
melumat dan mencium piring
pemberian malaikat tadi siang.
"jangan mendekat" kau berkata
lalu gelas yang kupegang pecah
membentuk akar-akar hijau
di atas langit yang buram.
kini tanganku menjerit
tulang-tulang keluar
menjadi kenangan yang menyedihkan
antara waktu
juga pagi yang selalu berlalu
mendoakanmu.
Sultan Emriss Dee Mirza Prayoga
wajah malaikat terkelupas darah
hadir membujuk hatiku
ke dalam kehancuran
yang menyejukkan.
dan kecupan hujan menghilang
dalam chord nada yang rindang
gugur dan pergi
menghadap sayap birumu
bercahaya lilin di lengan malam
juga jeritan.
tusukan mengembun pelan
jauh di sana kau terbang
melumat dan mencium piring
pemberian malaikat tadi siang.
"jangan mendekat" kau berkata
lalu gelas yang kupegang pecah
membentuk akar-akar hijau
di atas langit yang buram.
kini tanganku menjerit
tulang-tulang keluar
menjadi kenangan yang menyedihkan
antara waktu
juga pagi yang selalu berlalu
mendoakanmu.
Sultan Emriss Dee Mirza Prayoga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar