Suatu hari 15 Juli 1940, semua tertuju
pada kejangkungan seoarang manusia yang bernama Robert Pershing Wadlow, Robert
dianggap pada waktu itu sebagai manusia tertinggi di dunia. Pria berkebangsaan
Amerika Serikat ini adalah keajaiban yang terjadi akibat anugerah dari
Tuhannya. Robert seperti ditunjuk oleh alam sebagai “manusia tertinggi di dunia”
pada waktu itu, waktu di mana dunia sedang bergejolak dengan perang dunia ke II. Guinness World Record pun memberikan
penghargaan kepada dirinya, meski penghargaan itu terjadi setelah dia meninggal
dunia. Haruskan setelah meninggal? Memang kenyataan ini tak bisa disalahkan,
maupun dibenarkan. Hal ini hanya bisa dianggap suatu analisis yang
berkepanjangan, gejala atau empirisme yang telah mendarahdaging sebagai
kelanjutan yang hakiki. Robert pun meninggalkan dunia pada umur 22 tahun, dia
yang tinggi ternyata tak sekuat dan semegah ketinggiannya, hanya karena goresan
(menyebabkan bengkak yang berkepanjangan) pada telapak kakinya robert yang
tinggi kalah, anjlok oleh takdir Tuhan. Tuhan yang sangat baik pada-nya, pada
waktu-nya.
Di hotel di Manistee, Michigan si
manusia tertinggi sampai saat ini meninggalkan kenangan yang kontroversi. Dunia
seolah adalah ketercapaian yang praktis, hanya sebuah keunggulan tinggi Robert
dikenal oleh banyak manusia dibelahan dunia ini, “sampai sekarang”. Haruskah Robert
mendapatkan penghargaan ini? Robert mungkin tak menyangka saat setelah dia
meninggalkan dunia, dia dikenal oleh banyak manusia dibelahan dunia ini. Pun-demikian
dengan takdirnya, hanya sesaat menikmatinya, tanpa kenikmatan yang ada dimasa
mudanya saat itu. Mungkin dia “Robert” ditakdirkan sebagai keangkuhan yang
sempurna, keabadian yang tak nyata, pada waktu menjelang dia meninggal, telapak
kakinya meminta rehat sepanjang waktu, untuk keabadiannya sendiri.
Saat ini, setelah tanggal 15 juli 1940,
Robert sudah menjadi tulang di dalam kuburnya. Dan sejak tanggal itu pula dia
mencatatkan namanya menjadi manusia tertinggi di dunia. Kebetulan atau
kesengajaan? Tak usah perdebatkan hal itu,
urusan yang harusnya kita pikir adalah kenapa bisa terjadi? Sudah berlalu.
Robert Pershing Waldlow sudah terlanjur menikmatinya dalam dunia lain. Guiness World Records terlanjur
mencantumkan namanya menjadi manusia tertinggi tanggal 15 Juli 2015, dengan
tinggi 2,72 meter atau 8 kaki 11 inci, dan inilah kenikmatan yang tertunda. Biarkan
waktu dan alam yang menjadikan ini sebuah kebetulan yang abadi, harus ada
keberuntungan dengan Tuhan, Robert sudah memuja Tuhannya melebihi kita semua
saat ini.
Essai
Sultan Emriss Dee Mirza
Prayoga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar