Label

Sabtu, 07 Mei 2016

Juga Pagi yang Selalu Berlalu

ombak menantang luka
wajah malaikat terkelupas darah
hadir membujuk hatiku
ke dalam kehancuran
yang menyejukkan.

dan kecupan hujan menghilang
dalam chord nada yang rindang
gugur dan pergi
menghadap sayap birumu
bercahaya lilin di lengan malam
juga jeritan.

tusukan mengembun pelan
jauh di sana kau terbang
melumat dan mencium piring
pemberian malaikat tadi siang.

"jangan mendekat" kau berkata
lalu gelas yang kupegang pecah
membentuk akar-akar hijau
di atas langit yang buram.

kini tanganku menjerit
tulang-tulang keluar
menjadi kenangan yang menyedihkan
antara waktu
juga pagi yang selalu berlalu
mendoakanmu.

Sultan Emriss Dee Mirza Prayoga



Jumat, 06 Mei 2016

Mengiris Matahari



Sungai mengiris matahari
Daun anipsotera berputar diri
Menunggu panah api
Terjun di atas gelombang.
Ada emosi atas dirimu
Yang berkilau nanah di mata
Tentang cinta
Atau butiran logam yang pulang
Kepada awan dan burung characteribus.

Lengkungan tangan patah
Rintik darah menghunjam arah
Angin dan ribuan doamu
Yang gagal menyatukan kita
Kebencian adalah arus yang kulalui
Pada senja dan pagi.

Kini sewaktu kanal berdiri
Kau berkata “pergilah dari janjiku”
Amarah menjadi beku
Urat-urat mata menangis lugu
Kepada sang-pegasus yang terjun
Di antara air dan suara bayangan.

Lepaslah diriku
Pada guguran pedangmu
Menghadap senja
Menantang cinta di antara matahari
Yang mati.
Menelan dosa
mengulum duka.


Sultan Emriss Dee Mirza Prayoga

Vatikan dan Para Corpo della Gendarmeria dello Stato della Citta del Vaticano



Vatikan, sebuah tempat suci bagi para penganut agama Katolik. Sistem di dalamnya pun bermula dari kedatangan Santo Petrus, di atas gereja pada waktu itu. Sekita tahun 326 Vatikan ada sebagai sebuah gerakan suci yang selalu dianggap indah dan suci, sehingga pada saat itu kebenaran mutlak ada pada tangan Paus yang disetujui oleh penganut agama Katolik. Konflik dengan kekaisaran Roma akhirnya pecah, pada tahun 1870 Italia berusaha membentuk kesatuan yang lebih terjamin lagi, dan saat itulah Vatikan berada dalam ancaman politik nasional. Paus yang dianggap sebagai pimpinan memberikan gambaran lain, dengan menyetujui untuk mengalah dalam hal ini “mempersempit wilayah Vatikan sendiri”. Hingga kebenaran Paus pun dianggap semata-mata tindakan “monarki” sebuah bentuk kerajaan dalam ruang lingkup “agama”.
Sampai tahun modern tiba, dan Paus pada saat itu, memunculkan ide murni sebagai tindakan penyelamatan Vatikan. Gerakan politik multinasional diluncurkan, harapannya adalah perdamaian yang kokoh walau dianggap tak kokoh. Suatu keamanan yang dinamakan Corpo della Gendarmeria dello Stato della Citta del Vaticano (Korps Polisi Negara Vatikan). Bentuk keamanan ini adalah wilayah terdepan, atau garda di mana ancaman yang dilakukan pihak luar akan terkendali dengan aman dengan Konklaf di Kapel distina. Vatikan telah membuktikan suatu sistem monarki kecil yang “berhasil”. Tuntunan dan gambaran itu pun suatu ancaman yang tak terkendali, agar dianggap benar oleh pihak luar.
Agama dan ruang lingkup lainnya telah memihak di dalamnya, dan para garda terdepan Vatikan memberikan ancaman lain, Vatikan akan runtuh? Atau sebaliknya?. Tindakan Paus yang akhir-akhir ini seolah menjadi pendamai di antara konflik di luar, sepertinya adalah wacana politik yang indah. Mungkin harus ada realitas untuk membentuknya. Vatikan tetap damai, sedang gejolak agama atau isu-isu lainnya jauh dari tangan Vatikan. Bersembunyi, atau memberi reaksi dalam jiwa? Paus pintar memposisikan dirinya di balik ancaman, dan para gardanya terus menari-nari mempertontonkan senyum yang damai tapi menyimpan rahasia. Atau sampai kapan, Vatikan mempertahankan kekokohan diplomatiknya dari Italia? Mungkinkah akan luntur seperti Taiwan atas pengaruh RRC akhir-akhir ini. Paus akan mempertahankan sejarahnya dengan sembunyi-sembunyi di atas ribuan para garda Corpo della Gendarmeria dello Stato della Citta del Vaticano.
Essai
Sultan Emriss Dee Mirza Prayoga